Seperti sudah
disinggung diatas, peran pendidikan dan juga media massa menjadi fundamental
dalam mengkaji lahirnya nasionalisme di Indonesia. Namun suatu kontradiksi
lahir dari kedua hal tersebut. Bagaimana bisa pendidikan yang dibangun oleh
pemerintah kolonial malah melahirkan bibit-bibit yang menentang kolonial
sendiri? Bukankah tujuan pendidikan yang diadakan oleh pemerintah kolonial
bertujuan membantu kinerja pemerintah kolonial dalam mengerjakan urusan rumah
tangga Hindia Belanda? Bukankah seperti apa yang dikatakan Pram, yang kolonial dia selalu iblis![5]
Begitu pula media massa, media massa lahir dari terbukanya kesempatan bagi
pemilik kapital untuk merenggut salah satu sektor yang dianggap menguntungkan.
Media massa bagi masyarakat Eropa abad ke 19 dan awal abad 20 menjadi
satu-satunya sarana penyedia informasi tentang situasi dunia maupun situasi
nasional. Bagaimana peran media massa yang seharusnya dapat menutup arus
globalisasi yang tidak menguntungkan bagi pemerintah kolonial, dan seharusnya
mengarahkan pemikiran massa menuju kepentingan kolonial gagal?
Pendidikan yang
disediakan pemerintah kolonial memang bertujuan untuk membantu pemerintah
kolonial sendiri. Namun seperti yang dikatakan dalam buku Sartono Kartodirjo,[6] memberikan pendidikan di Tanah
Jajahan akan menjadi boomerang bagi kolonialisme! Selain itu pendidikan
yang disediakan pemerintah kolonial memberi dampak positif dan negatif. akibat
negatif dari pendidikan kolonial telah menciptakan kelas-kelas sosial baru di
dalam masyarakat Hindia Belanda. Pendidikan yang bersifat diskriminatif yang
dilangsungkan oleh pemerintah kolonial di satu sisi memantapkan status sosial
dari beberapa kelas (semisal bangsawan pribumi ataupun anak-anak Eropa baik
totok atau indo, juga bangsa Asing lain khususnya Timur Jauh). Akibat dari
pendidikan munculah dua kalangan priyayi yaitu priyayi birokrat dan priyayi
profesional. Walaupun pada akhirnya, kelas-kelas sosial akibat pendidikan
diskriminatif kolonial dapat terdamaikan dalam satu golongan, yaitu elite modern atau elite
intelektual.[7]
Dampak positifnya adalah bahwa sebagian orang Indonesia telah dapat membaca dan
menulis yang dengan modal ini maka orang Indonesia dapat belajar tentang keadaan
dan perkembangan dunia.[8]
Refrensi : http://gerakanaksara.blogspot.co.id/2014/06/globalisasi-jawaban-munculnya.html


0 komentar:
Posting Komentar