Posts Subscribe to InFoGauLComments

Online bookmark Bookmark

CP : 081515325009 E-mail : pkpmiiunisla@gmail.com Dengan kepala tegak menghadap sang saka merah putih Kami tujukan hati kami, lurus, kepada Pancasila Tatapan mata kami tak ingin berpaling dari gagahnya sang Garuda Tegas menolak apa pun yang berani menginjak Bhinneka Tunggal Ika Salam Pergerakan.....

Restorasi Gerakan menuju Glabalisasi

Globalisasi : Jawaban Munculnya Nasionalisme di Indonesia Abad ke-20


Studi sejarah pergerakan nasional merupakan salah satu studi yang wajib digeluti oleh para sejarawan Indonesia dalam rangka menulis sejarah nasional Indonesia. Sebagai salah satu studi sejarah, fenomena pergerakan nasional wajib diterangkan sebab-sebab kemunculannya. Sering kita membaca bahwa pergerakan nasional lahir dari ketertindasan yang dirasakan suatu bangsa akibat kolonialisme. Dalam hal ini di Indonesia, pergerakan nasional diakibatkan oleh penjajahan Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad. Namun dijelaskan juga bahwa situasi global turut mempengaruhi sebagai faktor eksternal lahirnya pergerakan nasional. Situasi global ini, yang belakangan di konsepkan menjadi fenomena globalisasi.
Globalisasi sebagai faktor eksternal menjadi faktor terpenting dari kelahiran kesadaran nasional. Situasi global pada akhir abad ke 19 atau bahkan sebelumnya, mendukung terbentuknya kesadaran nasional di Indonesia dan belahan dunia ketiga lain yang menjadi korbal imperialism dan kolonialisme. Sartono Kartodirjo menyebutkan, bahwa nasionalisme menjadi satu gejala yang menjamur di bagian dunia ketiga sebagai simbolisasi perlawanan terhadap kolonialisme.[1] Selain itu terbentuknya negara nation merupakan akibat langsung dari modernitas yang menjadi fenomena yang begitu mempengaruhi dunia barat.[2] Semua itu merupakan dampak dari globalisasi pada masa itu.
Peristiwa-peristiwa yang mendukung munculnya semangat nasionalisme di dunia barat mulai bermunculan ketika ditandatanganinya Magna Charta oleh Raja Inggris pada 1215 Masehi. Magna Charta dianggap sebagai awal suatu symbol perjuangan HAM. Setelah itu perjuangan HAM di Dunia Barat semakin menjamur dengan ditandatanganinya berbagai petisi Hak Asasi Manusia diantaranya dilakukan melalui Petition of Rights, Bill of Rights, Declaration of Independence of The United States, dan Declaration des Droits de L’homme et du Citoyen.[3] Khusus bagi Declaration Independence of The United States, hal ini bukan saja symbol perjuangan HAM, tetapi juga symbol untuk meraih kemerdekaan bagi sebuah bangsa.
Kemerdekaan Amerika Serikat (1776) dan Revolusi Prancis (1789) merupakan dua peristiwa yang banyak menjadi landasan semangat melawan ketertindasan. Banyak sekali tokoh-tokoh yang gandrung terhadap kedua peristiwa ini. Sebagai contoh, penggambaran Pram terhadap tokoh Minke yang ditulis dalam Bumi Manusia. Minke di tampilkan sebagai seorang yang begitu gandrung terhadap semangat Revolusi Prancis. Peristiwa-peristiwa tersebut boleh menjadi perintis semangat perlawanan terhadap kolonialisme. Namun, semangat kebangkitan bangsa kulit berwarna boleh jadi menjadi semangat lain dan simbol pemberontakan terhadap ras kulit putih yang menganggap berperadaban lebih tinggi. Kebangkitan bangsa Jepang seusai restorasi Meiji, perlawanan borjuasi nasional India dan Filipina, keberhasilan Teologi pembebasan di Amerika Selatan, semua menjadi symbol bahwa kemerdekaan dan hak asasi manusia adalah hal yang universal, dan bukan hanya dimiliki oleh ras kulit putih yang mengaku memiliki peradaban lebih tinggi ketimbang ras kulit berwarna pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Arsip Blog

Traffic Info

PK PMII UNISLA Veteran
Flag Counter