Globalisasi : Jawaban Munculnya Nasionalisme di Indonesia Abad ke-20
Kemerdekaan Amerika
Serikat (1776) dan Revolusi Prancis (1789) merupakan dua peristiwa yang banyak
menjadi landasan semangat melawan ketertindasan. Banyak sekali tokoh-tokoh yang
gandrung terhadap kedua peristiwa ini. Sebagai contoh, penggambaran Pram
terhadap tokoh Minke yang ditulis dalam Bumi
Manusia. Minke di tampilkan sebagai seorang yang begitu gandrung terhadap
semangat Revolusi Prancis. Peristiwa-peristiwa tersebut boleh menjadi perintis
semangat perlawanan terhadap kolonialisme. Namun, semangat kebangkitan bangsa
kulit berwarna boleh jadi menjadi semangat lain dan simbol pemberontakan
terhadap ras kulit putih yang menganggap berperadaban lebih tinggi. Kebangkitan
bangsa Jepang seusai restorasi Meiji, perlawanan borjuasi nasional India dan
Filipina, keberhasilan Teologi pembebasan di Amerika Selatan, semua menjadi
symbol bahwa kemerdekaan dan hak asasi manusia adalah hal yang universal, dan
bukan hanya dimiliki oleh ras kulit putih yang mengaku memiliki peradaban lebih
tinggi ketimbang ras kulit berwarna pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Studi sejarah
pergerakan nasional merupakan salah satu studi yang wajib digeluti oleh para
sejarawan Indonesia dalam rangka menulis sejarah nasional Indonesia. Sebagai
salah satu studi sejarah, fenomena pergerakan nasional wajib diterangkan
sebab-sebab kemunculannya. Sering kita membaca bahwa pergerakan nasional lahir
dari ketertindasan yang dirasakan suatu bangsa akibat kolonialisme. Dalam hal
ini di Indonesia, pergerakan nasional diakibatkan oleh penjajahan Belanda yang
berlangsung selama tiga setengah abad. Namun dijelaskan juga bahwa situasi
global turut mempengaruhi sebagai faktor eksternal lahirnya pergerakan
nasional. Situasi global ini, yang belakangan di konsepkan menjadi fenomena
globalisasi.
Globalisasi sebagai
faktor eksternal menjadi faktor terpenting dari kelahiran kesadaran nasional.
Situasi global pada akhir abad ke 19 atau bahkan sebelumnya, mendukung
terbentuknya kesadaran nasional di Indonesia dan belahan dunia ketiga lain yang
menjadi korbal imperialism dan kolonialisme. Sartono Kartodirjo menyebutkan,
bahwa nasionalisme menjadi satu gejala yang menjamur di bagian dunia ketiga
sebagai simbolisasi perlawanan terhadap kolonialisme.[1] Selain itu terbentuknya
negara nation merupakan akibat langsung dari
modernitas yang menjadi fenomena yang begitu mempengaruhi dunia barat.[2] Semua itu merupakan dampak
dari globalisasi pada masa itu.
Peristiwa-peristiwa
yang mendukung munculnya semangat nasionalisme di dunia barat mulai bermunculan
ketika ditandatanganinya Magna
Charta oleh Raja Inggris
pada 1215 Masehi. Magna
Charta dianggap
sebagai awal suatu symbol perjuangan HAM. Setelah itu perjuangan HAM di Dunia
Barat semakin menjamur dengan ditandatanganinya berbagai petisi Hak Asasi
Manusia diantaranya dilakukan melalui Petition of Rights, Bill of Rights,
Declaration of Independence of The United States, dan Declaration des Droits de
L’homme et du Citoyen.[3] Khusus bagi Declaration
Independence of The United States, hal ini bukan saja symbol perjuangan HAM,
tetapi juga symbol untuk meraih kemerdekaan bagi sebuah bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar